Sunday 5 May 2013

Menyimak SD,revisi 2013






   
KETERAMPILAN MENDENGARKAN
 DI SEKOLAH DASAR





Disampai pada Bimtek Guru SD Kelas V dan IV  Se-Provinsi Jambi
Tanggal 18 s.d. 22 Februari 20013 di LPMP Jambi






KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK  DAN TENAGA KEPENDIDIKAN BAHASA
20013



DAFTAR ISI



DAFTAR ISI    1
PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBAHASA LISAN DI SD    2
I.    Pendahuluan    2
II.    Peningkatan Keterampilan Menyimak    3
A.    Pengantar    3
B.    Hakikat Menyimak    3
C.    Tahap-Tahap Menyimak    7
D.    Jenis-Jenis Menyimak    8
E .Tujuan Menyimak    13
F. Syarat-Syarat Penyimak yang Baik    13
G. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi dalam Menyimak    16
H. Cara Meningkatkan Daya Simak    19
I.    Kendala-kendala Menyimak    21
DAFTAR PUSTAKA    29




PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBAHASA LISAN DI SD
I.    Pendahuluan

Melalui makalah ini diharapkan Anda dapat memahami konsep,fungsi, ruang ligkup dan strategi peningkatan keterampilan berbahasa Indonesia lisan. Makalah ini bukan hanya membawa Anda ke tujuan pembelajaran, tapi juga mengetahui komponen-komponen yang terlibat dan yang dapat meningkatkan serta mengembangkan keterampilan Anda dalam berbahasa lisan. Secara khusus setelah Anda mempelajari makalah ini, Anda diharapkan memiliki kompetensi sebagai berikut:
1.1    dapat menerangkan konsep, fungsi, ruang lingkup, kendala dan strategi dalam keterampilan menyimak.
2.1     dapat menjelaskan konsep, fungsi, ruang lingkup, kendala dan strategi dalam keterampilan berbicara.
Di dalam makalah ini akan dijelaskan  berbagai  materi  yang berhubungan dengan keterampilan menyimak, di antaranya,  konsep/hakikat  menyimak, jenis-jenis menyimak, macam-macam  tujuan menyimak, tahap-tahap dalam menyimak, faktor-faktor keberhasilan menyimak, kendala-kendala dalam menyimak, dan faktor-faktor penentu keberhasilan menyimak.   Oleh karena itu, materi kajian tentang keterampilan menyimak ini perlu dipahami dengan baik karena sangat berguna bagi  Anda sebagai guru. Materi kajian tentang keterampilan menyimak ini diharapkan dapat dijadikan dasar bagi guru dalam mengembangkan dan meningkatkan keterampilan individu peserta dalam menyimak serta dapat pula hal ini dijadikan  pegangan atau  model dalam  mengajarkan keterampilan  menyimak .
 Untuk mempelajari makalah ini Anda diharapkan memiliki pengetahuan yang memadai tentang hubungan resiprokal antara keempat aspek keterampilan berbahasa yaitu, menyimak, membaca, menulis, dan berbicara. Makalah ini dapat Anda pelajari secara mandiri atau  berdiskusi dengan teman kelompok.  Selain itu, agar Anda dapat lebih memahami makalah ini, Anda diharapkan melakukan latihan-latihan dengan kaset materi simakan.  Dianjurkan juga Anda untuk membaca referensi lain yang relevan.  Untuk keperluan yang sama diharapkan Anda memperhatikan glosarium yang disediakan pada makalah ini.  Glosarium ini dimaksudkan untuk membantu Anda memahami berbagai konsep atau istilah-istilah yang kurang Anda pahami.


II.    Peningkatan Keterampilan Menyimak

A.    Pengantar
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa keterampilan menyimak merupakan salah satu keterampilan berbahasa  yang bersifat reseptif yaitu suatu kemampuan yang dapat menyerap atau menerima informasi secara lisan.  Sering kali dalam komunikasi sosial para penyimak banyak mengalami kendala ketika terjadinya  kegiatan menyerap informasi tersebut. 
Menyimak memang bukan pekerjaan yang mudah.  Menurut para ahli, menyimak membutuhkan tenaga 2 kali lipat lebih banyak bila dibandingkan dengan tenaga yang dibutuhkan oleh seseorang untuk berbicara.  Seorang pembicara hanya membutuhkan sekian kalori untuk mengeluarkan ucapan atau pikiran-pikirannya, sedangkan seorang penyimak membutuhkan tenaga untuk melawan gangguan yang begitu banyak datang saat dia menyimak ucapan pembicara.   Detak jantung penyimak lebih cepat berdenyut saat menyimak.  Aliran darahnya lebih cepat bergerak.  Di samping itu, penyimak membutuhkan tenaga untuk memikirkan ucapan pembicara tadi dan sekaligus berusaha bagaimana caranya memberikan respon terhadap ucapan tersebut.  Motivasi untuk tidak merespon juga merupakan suatu bentuk respon yang sulit untuk diambil.

B.    Hakikat Menyimak
Dalam beberapa kamus Bahasa Indonesia, kata simak-menyimak dijelaskan sebagai berikut:
        a.. Kamus Logat Ketjil Bahasa Indonesia (Poerwadarminta, 1960:111) simak,  menyimak: mendengarkan baik-baik
b. Kamus Umum Bahasa Indonesia (Poerwadarminta, 1982:947)
simak, menyimak: 1. mendengarkan (memperhatikan) baik-baik apa yang diucapkan atau  dibaca orang; mis. Jika seorang anak membaca, anak-anak yang lain disuruh menyimak, latihan mendengarkan baik-baik. 2. menyimak  kembali, meninjau (memeriksa) kembali.
Dari kedua kamus tersebut kita dapatkan pengertian bahwa menyimak merupakan aktivitas mendengarkan dengan baik dan sungguh-sungguh. Di dalam pengertian menyimak tersebut terkandung pengertian memberikan perhatian terhadap apa yang disimak dengan perhatian yang sungguh-sungguh. Intensitas perhatian menyimak tersebut lebih dari sekedar mendengar dan mendengarkan. Perbedaan intensitas antara mendengar, mendengarkan, dan  menyimak sebagai berikut:
Dalam kegiatan mendengar ada unsur ketidaksengajaan, kebetulan, sambil lalu, dan tidak dicerna. Oleh karena itu, apa yang didengar mungkin tidak dimengerti sama sekali.  Pada peristiwa mendengarkan ada unsur kesengajaan tetapi belum diikuti unsur pemahaman. Menyimak dapat dikatakan mencakup mendengar, mendengarkan dan disertai usaha pemahaman. Pada peristiwa menyimak ada unsur kesengajaan, direncanakan dan disertai dengan penuh perhatian dan minat.
Ketiga kata tersebut, sebenarnya dapat kita katakan sebagai kata yang bersinonim. Namun, dalam kamus Sinonim Bahasa Indonesia (Kridalaksana, 1981) tidak tercantum entri kata simak. Pada entri kata dengar, kita juga tidak mendapat kata simak sebagai sinonimnya. Apakah ini berarti Kridalaksana menganggap kata tersebut belum masuk dalam kosa kata bahasa Indonesia? Pada entri kata dengar, Kridalaksana. (1981:33) hanya mencantumkan sebagai berikut.
       Dengar:  mendengar, menurut mengindahkan mendengarkan, memperhatikan, mengikut, menurut,  mengindahkan, mempedulikan.
Dalam bahasa Inggris (Wojowasito, 1976.115) membedakan mendengar berarti to bear, hearing, mendengarkan berarti to listen to, to obey, to overhear. Sedangkan kata simak (halaman 458) berarti to pay good attention to, to correct.
Dengan demikian, jika kita menggunakan kata menyimak, itu berarti di dalamnya juga terkandung makna mendengar dan mendengarkan, tentu saja dengan tingkat kesungguhan yang berbeda. Dalam pemakaian sehari-hari, kata mendengarkan dan mendengar sering bersinonim dengan kata-kata yang telah ada pada kamus sinonim Harimurti. Nuansa makna yang terdapat di antara kata-kata tersebut berkisar pada perbedaan pesan dan respon dari pesan yang diberikan itu.
Pembicaraan perihal menyimak tentu sangat erat kaitannya dengan;
(1)    Apa yang disimak?
(2)    Bagaimana menyimak?
(3)    Mengapa kita menyimak?
Membahas tentang apa yang kita simak akan mengantarkan kita pada kenyataan bahwa yang kita simak adalah bunyi atau suara. Segala sesuatu yang berpotensi menjadi sumber bunyi/suara akan memiliki pula potensi untuk menjadi sumber/bahan simakan. Kriteria bunyi yang dapat disimak yaitu segala bunyi yang dapat mengantarkan makna. Sumber bunyi yang berpotensi menghasilkan bunyi-bunyi yang bermakna yaitu manusia. Bunyi ini kita sebut bunyi verbal atau bunyi-bunyi babasa.
Dalam berkomunikasi, kita tidak hanya menyimak pesan dari bunyi-bunyi bahasa. Kadang-kadang kita juga dihadapkan pada bunyi-bunyi lain yang tidak berasal dari alat ucap manusia dan bunyi-bunyi tersebut memiliki makna. Untuk ini, kita dapat mengemukakan contoh yaitu bunyi sirene mobil kebakaran atau mobil ambulance, bunyi kentongan bambu dengan variasi bunyi dan makna yang mengiringinya, bunyi beduk di mesjid, bunyi ketukan pintu, dan bunyi-bunyi lain yang tercipta karena suatu peristiwa atau situasi dan kondisi yang menyertainya, mis. bunyi gebrakan meja ketika orang sedang marah. Bunyi-bunyi tersebut kita sebut saja bunyi-bunyi nonbahasa atau bunyi-bunyi penyerta bahasa.
Dalam proses penyimakan, kita tidak dapat secara tegas memilah-milah berbagai macam sumber bunyi di atas. Sebagai suatu kegiatan yang integral, berbagai macam bunyi-bunyi itu biasanya membentuk suatu kesatuan makna yang utuh dan total. Memang kadang-kadang kita dapat menyimak bunyi-bunyi bahasa atau nonbahasa itu secara parsial atau terpisah masing-masing berdiri sendiri. Khusus untuk komunikasi langsung (face to face) maka peran nonbunyi sangat penting. Seringkali air muka, gerak isyarat, dan atau gerakan dan posisi badan akan mengungkapkan jauh lebih banyak daripada sekedar kata-kata (bunyi-bunyi bahasa). (Montgomery, 1993:118).
Unsur-unsur nonbunyi seperti di atas yang berkaitan dengan mimik dan gerak-gerik tersebut sering diberi istilah teknisnya yaitu kinesiks. Unsur kinesiks seperti ini, dalam komunikasi sering kali dimanfaatkan oleh para orator untuk memperjelas informasi yang ingin disampaikannya.
Kemampuan untuk menyimak unsur-unsur kinesiks ini, akan sangat membantu kita memahami sesuatu yang tersirat di luar bunyi-bunyi bahasa yang kita dengar. Unsur-unsur tersebut sering kali lebih jujur dari kata-kata yang diucapkan orang. Bagaimana perasaan hati orang tertentu sering terungkap lewat sikap dan posisi tubuh, perubaban mimik muka dan gerak-gerik tubuhnya.
Jadi, kesimpulan yang dapat  ditarik dari uraian di atas mengenai apa yang kita simak ialah:
(1)    Kita menyimak bunyi.
(2)    Bunyi itu bermakna.
(3)    Bunyi bermakna itu terdiri dari bunyi verbal atau bunyi bahasa dan nonbahasa.
(4)    Unsur kinesiks merupakan unsur penting dalam memperkuat makna dari bunyi bahasa.
Pertanyaan berikutnya yang harus kita jawab ialah bagaimana cara kita menyimak? Pada uraian sebelumnya telah dibahas mengenai penggunaan kata menyimak. Dalam kata tersebut sudah mengandung cara kita menyimak yaitu dengan sungguh-sungguh, penuh perhatian, dengan baik, dan dengan minat yang tinggi. Russell & Russell, 1959; Anderson, 1972 dalam Tarigan (1986:19) menyatakan bahwa menyimak bermakna mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian serta apresiasi.
Selanjutnya Tarigan memberikan batasan menyimak sebagai berikut: Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa.
Batasan yang diberikan oleh Tarigan di atas mungkin perlu ditinjau kembali, terutama tentang konsep ‘lambang-lambang lisan’ dan ‘oleh pembicara’. Pada pembatasan sebelumnya telah dibicarakan mengenai apa yang kita simak. Demikian pula tentang kemungkinan yang berpotensi menjadi sumber bunyi. Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, kita dapat menyusun suatu batasan yang lebih komprehensif yaitu:
Menyimak merupakan suatu proses kegiatan mendengarkan bunyi-bunyi babasa  dan nonbahasa dengan penuh perhatian, pemahaman apresiasi, dan interpretasi untuk memperoleh informasi, sekaligus menangkap isi/pesan, serta mampu memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh manusia dan atau sumber bunyi lainnya

C.     Tahap-Tahap Menyimak
Dalam proses menyimak, menyimak dilakukan  secara bertahap. Tahap-tahap ini sangat mempengaruhi hasil menyimak yang tujuannya akhirnya apakah si penyimak memahami apa yang telah disampaikan.
Berikut ini tahap-tahap dalam menyimak menurut  (Tarigan: 1990: 58) ada lima yaitu:

Tahap mendengar merupakan proses yang dilakukan oleh pembicara dalam ujaran atau pembicaraan, hal ini barulah tahap mendengar atau berada dalam tahap hearing.


Setelah proses mendengarkan pembicaraan  disampaikan, maka isi pembicaraan tadi perlu dimengerti atau dipahami dengan baik. Tahap ini disebut tahap understanding.


Penyimak yang baik, cermat, dan teliti belum puas kalau hanya mendengar dan memahami isi ujaran sang pembicara tetapi ada keinginan untuk menafsirkan atau menginterpretasikan isi yang tersirat dalam ujaran, tahap ini sudah sampai pada tahap interpreting.


Tahap mengevaluasi merupakan tahap terakhir dalam kegiatan menyimak. Penyimak menerima pesan, ide, dan pendapat yang disampaikan oleh pembicara maka penyimak pun pada tahap terakhir ini menanggapi isi dari pembicaraan tadi.
D.     Jenis-Jenis Menyimak
Setelah Anda mengetahui tahap-tahap menyimak, berikut ini kita akan membahas jenis-jenis menyimak. Dalam proses menyimak, semua kegiatan yang dilakukan mempunyai jenis dan ini dapat digolongkan berdasarkan situasinya.
Secara garis besar, Tarigan (1983: 22) membagi jenis menyimak menjadi dua jenis yaitu (1) menyimak ekstensif, dan (2) menyimak intensif. Kedua jenis menyimak ini sangatlah berbeda dan perbedaan itu tampak dalam prosesnya. Adapun jenis menyimak yang dimaksud adalah sebagai berikut.


Menyimak ekstensif ialah proses menyimak yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti: menyimak siaran radio, televisi, percakapan orang di pasar, pengumuman, dan sebagainya. Ada beberapa jenis kegiatan menyimak ekstensif:
1) Menyimak sekunder
Menyimak sekunder terjadi secara kebetulan, misalnya seorang pembelajar sedang membaca di kamar, ia juga dapat menyimak percakapan orang lain, suara siaran radio, suara TV, dan sebagainya. Suara tersebut sempat terdengar oleh pembelajar tersebut, namun ia terganggu oleh suara tersebut.
2) Menyimak sosial
Menyimak sosial dilakukan oleh masyarakat dalam kehidupan sosial seperti di pasar, terminal, stasiun, kantor pos, dan sebagainya. Kegiatan ini lebih menekankan pada factor status sosial, dan tingkatan dalam masyarakat.
3) Menyimak estetika
    Menyimak estetika sering disebut menyimak apresiatif. Menyimak estetika ialah kegaiatan menyimak untuk menikmati dan menghayati sesuatu, misalnya; menyimak pembacaan puisi, menyimak rekaman drama, menyimak cerita, menyimak syair lagu, dan sebagainya.
4) Menyimak pasif
    Menyimak pasif ialah menyimak suatu bahasa yang dilakukan tanpa upaya sadar, misalnya; dalam kehidupan sehari-hari pembelajar menyimak bahasa daerah, setelah itu dalam masa dua atau tiga tahun ia sudah mahir menggunakan bahasa daerah. Kemahiran menggunakan bahasa daerah tersebut dilakukan tanpa sengaja dan
      tanpa sadar. Namun, pada akhirnya, pembelajar dapat menggunakan bahasa dengan baik.


Menyimak intensif merupakan kegiatan menyimak yang harus dilakukan dengan sungguh-sungguh dan konsentrasi yang tinggi untuk menangkap makna yang dikehendaki. Dalam menyimak intensif ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu cirri menyimak intensif dan jenis-jenis menyimak intensif.
1) Ciri-Ciri Menyimak Intensif
Menurut (Kamidjan dan Suyono, 2002: 12) dalam menyimak intensif ada beberapa ciri yang harus diperhatikan yaitu:
a)    Menyimak intensif adalah menyimak pemahaman
Pemahaman ialah suatu aspek pikiran tentang suatu objek. Pemahaman merupakan hasil dari proses memahami terhadap suatu bahan simakan. Siswa dikatakan memahami objek jika ia telah menguasai seluruh objek itu. Pada dasarnya orang melakukan kegiatan menyimak intensif bertujuan untuk memahami makna bahan yang disimak dengan baik. Hal ini berbeda dengan menyimak ekstensif yang lebih menekankan pada hiburan, kontak social, dan sebagainya. Menyimak intensif prioritas utamanya adalah memahami makna pembicaraan.
b)    Menyimak intensif memerlukan konsentrasi tinggi
Konsentrasi ialah memuaskan semua perhatian baik pikiran, perasaan, ingatan dan sebagainya kepada suatu objek. Dalam menyimak intensif diperlukan oemusatan pikiran terhadap bahan yang disimak.
Agar menyimak dapat  dilakukan dengan konsentrasi yang tinggi, maka perlu dilakukan dengan beberapa cara, antara lain: (a) menjaga pikiran agar tidak terpecah, (b) perasaan tenang dan tidak bergejolak, (c) perhatian terpusat pada objek yang sedang disimak, (d) penyimak harus mampu menghindari berbagai hal yang dapat mengganggu kegiatan menyimak, baik internal maupun eksternal.
c)    Menyimak intensif ialah memahami bahasa formal
Bahasa formal ialah bahasa yang digunakan dalam situasi formal (resmi), misalnya; ceramah, diskusi, temu ilmiah, dan sebagainya. Bahasa yang digunakan pada kegiatan tersebut adalah bahasa resmi atau bahasa baku yang lebih menekankan pada makna.
d)    Menyimak intensif diakhiri dengan reproduksi bahan simakan
Reproduksi ialah kegiatan mengungkapkan kembali sesuatu yang telah dipahami. Untuk membuat reproduksi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu (a) tulis (menulis, mengarang) dan (b) lisan (berbicara).
Reproduksi dilakukan setelah menyimak. Fungsi reproduksi antara lain: (a) mengukur kemampuan integratif antara menyimak dengan berbicara, (b) untuk mengukur kemampuan integratif  antara menyimak dengan menulis atau mengarang, (c) mengetahui kemampuan daya serap siswa, dan (d) untuk mengetahui timgkat pemahaman siswa tentang bahan yang telah disimak.
2) Jenis-Jenis Menyimak Intensif
    Setelah kita mempelajari ciri-ciri menyimak intensif, sekarang akan dibahas  jenis-jenis menyimak intensif. Jenis-jenis menyimak intensif adalah menyimak kritis, menyimak konsentratif, menyimak eksploratif,  menyimak interogatif, menyimak selektif, dan menyimak kreatif (HG. Tarigan, 1983; 42)
a) Menyimak kritis
Menyimak kritis ialah kegiatan menyimak yang dilakukan dengan sungguh-sungguh untuk memberikan penilaian secara objektif, menentukan keaslian, kebenaran, dan kelebihan, serta kekurangan-kekurangannya.
Hal-hal yang diperhatikan dalam menyimak kritis: (a) mengamati ketepatan ujaran pembicara, (b) mencari jawaban atas pertanyaan “mengapa menyimak”, (c) dapatkah menyimak membedakan antara fakta dan opini dalam menyimak, (d) dapatkah menjawab mengambil kesimpulan dari hasil menyimak, (e) dapatkah penyimak menafsirkan makna idiom, ungkapan, dan majas dalam kegaiatan menyimak. (Kamidjan, 2002: 13).
b) Menyimak konsentratif
Menyimak konsentratif ialah kegiatan menyimak yang dilakukan dengan penuh perhatian untuk memperoleh pemahaman yang baik terhadap informasi yang diperdengarkan.
Kegiatan menyimak konsentratif bertujuan untuk: (a) mengikuti petunjuk-petunjuk, misalnya petunjuk untuk mengisi formulir pendaftaran, (b) mencari hubungan antarunsur dalam menyimak, misalnya; unsure-unsur dalam bahasa, (c) mencari hubungan kuantitas dan kualitas dalam suatu komponen, (d) mencari hal-hal penting dalam kegiatan menyimak, (e) mencari urutan penyajian dalam bahan menyimak, dan (f) mencari gagasan utama dari bahan yang telah disimak. Kamidjan, 2002: 14)
c) Menyimak eksploratif
    Menyimak eksploratif ialah kegiatan menyimak yang dilakukan dengan penuh perhatian untuk mendapatkan inormasi baru. Pada akhir kegiatan menyimak, penyimak; (a) menemukan gagasan baru, (b) menemukan informasi baru dan informasi tambahan dari bidang tertentu, (c) penyimak dapat menemukan topik-topik baru yang dapat dikembangkan pada masa yang akan dating, (d) penyimak dapat menemukan unsure-unsur bahasa yang bersifat baru.
d) Menyimak interogatif
    Menyimak interogatif ialah kegiatan menyimak yang bertujuan untuk memperoleh informasi dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang diarahkan kepada pemerolehan informasi tersebut.
    Kegiatan menyimak interogatif bertujuan: (a) penyimak ingin mendapat fakta-fakta dari pembicara, (b) menyimak gagasan baru yang dapat dikembangkan menjadi sebuah wacana yang menarik, (c) penyimak ingin mendapatkan informasi apakah bahan yang telah disimak itu asli atau tidak.
d) Menyimak selektif
    Menyimak selektif ialah kegiatan menyimak pasif yang dilakukan secara selektif dan berfokus untuk mengenal bunyi-bunyi asing, nada dan suara, bunyi-bunyi homogen, kata-kata, frase-frase, kalimat-kalimat, dan bentuk-bentuk bahasa yang sedang dipelajari.
    Menyimak selektif mempunyai cirri tertentu sebagai pembeda dengan kegiatan menyimak yang lain. Adapun cirri menyimak selektif ialah: (a) menyimak dengan seksama untuk menentukan pilihan pada bagian tertentu yang diinginkan, (b) menyimak dengan memperhatikan topik-topik tertentu,  (c) menyimak dengan memusatkan pada tema-tema tertentu.
f) Menyimak kreatif
Menyimak keratif ialah kegaiatan menyimak yang bertujuan untuk mengembangkan daya imajinasi dan kreativitas belajar. Kreativitas penyimak dapat dilakukan dengan cara: (a) menirukan lafal atau bunyi bahasa asing atau daerah, misalnya; bahasa Inggris, bahasa Belanda, dan sebagainya, (b) penyimak dapat mengemukakan gagasan yang sama dengan pembicara, namun menggunakan struktur dan pilihan kata yang berbeda, (c) penyimak dapat merekonstruksi pesan yang telah disampaikan penyimak, (d) penyimak dapat menyusun petunjuk-petunjuk atau nasihat berdasar materi yang telah disimak
E .Tujuan Menyimak
Selanjutnya, mengapa kita menyimak? Jawaban yang kita berikan akan mengarah kepada tujuan menyimak. Kita menyimak tentu dengan tujuan agar kita memahami apa yang kita simak. Dalam kaitan ini, Anderson (1972) dalam Tarigan (1986:19) mengatakan bahwa menyimak adalah proses mendengarkan, mengenal, serta menginterpretasikan bunyi-bunyi babasa (lambang-lambang lisan). Dilanjutkan oleh  Tarigan bahwa tujuan membaca dan menyimak mengandung persamaan yaitu:  memperoleh informasi, menangkap isi, memahami makna komunikasi.
F. Syarat-Syarat Penyimak yang Baik
Setiap manusia yang lahir dalam keadaan normal tentu sudah mempunyai potensi yang baik untuk menyimak. Potensi ini perlu dipupuk dan dikembangkan melalui bimbingan dan latihan yang intensif. Kebiasaan menyimak yang baik adalah satu syarat yang harus dimiliki agar seseorang dapat berhasil menyimak  dengan baik. Berikut ini  beberapa ciri penyimak yang baik. Cobalah arahkan siswa Anda untuk melakukannya agar mereka berhasil dengan baik.
a. Siap fisik dan mental
Penyimak yang baik adalah penyimak yang betul-betul mempersiapkan diri untuk menyimak. Ia memiliki kesiapan fisik dan mental, misalnya dalam kondisi yang sehat, tidak lelah, mental stabil dan pikiran jernih.
b.  Konsentrasi
Memusatkan perhatian dam pikiran terhadap apa yang disimak  bahkan ia dapat menghubungkan bahan yang disimak dengan apa yang diketahuinya. Suatu kebiasaan yang sangat buruk dalam menyimak adalam melamun. Walaupun pandangan penyimak tertuju pada si pembicara, namun pikiran dan perhatiannya mengembara ke mana-mana tanpa tujuan dan arah tertentu. Hal ini tentu sulit untuk menyerap informasi karena perhatian dan pikiran mengembara ke mana-mana.
c. Bermotivasi ingin menambah ilmu pengetahuan
Motivasi atau mempunyai tujuan tertentu adalah hal yang sangat penting dalam menyimak misalnya; ingin menambah pengetahuan.
d.  Objektif
Penyimak yang baik adalah penyimak yang selalu tahu tentang apa yang sedang dibicarakan dan sebaiknya penyimak selalu menghargai pembicara  walaupun pembicara kurang menarik penampilannya atau sudah dikenal oleh penyimak.
e. Menyimak secara utuh (menyeluruh)
Penyimak yang baik akan menyimak secara utuh atau keseluruhan. Si penyimak tidak hanya menyimak apa yang disukainya tetapi menyimak secara keseluruhan pembicaraan mulai dari awal sampai akhir.
f. Selektif
Penyimak yang baik dapat memilih bagian-bagian yang dianggap penting dari bahan simakan. Dalam menyimak tidak semua bahan simakan diterima begitu saja, tetapi  si penyimak dapat menentukan bagian yang dianggap penting.
g. Tidak mudah terganggu
Penyimak yang baik tidak mudah terganggu oleh suara-suara lain di luar bunyi atau informasi yang disimaknya. Andaikata ada gangguan yang mengganggu perhatiannya maka dengan cepat si penyimak kembali kepada bahan yang disimaknya.
h. Menghargai Pembicara
Penyimak yang baik adalah penyimak yang menghargai pembicaranya. Siapapun yang berbicara tidaklah boleh dianggap remeh karena harus saling menghargai.
i. Cepat menyesuaikan diri dan kenal arah pembicaraan
Penyimak yang cepat menduga ke arah mana pembicaraa akan berlangsung adalah salah satu ciri penyimak yang baik,  bahkan mungkin ia dapat menduga garis besar isi pembicaraan.
j. Tidak Emosi
Penyimak yang baik adalah penyimak yang dapat mengendalikan emosinya dan tidak mencela pembicaraan pembicara.
k. Kontak dengan pembicara
Penyimak yang baik mencoba mengadakan kontak dengan pembicara. Misalnya dengan memperhatikan pembicaraan pembicara, memberikan dukungan kepada pembicara baik  melalui mimik, gerak, ataupun ucapan.
l. Merangkum
Setelah pembicara selesai maka penyimak yang baik adalah penyimak yang dapat menangkap isi pembicaraan atau bahan simakan. Misalnya; dengan membuat rangkuman dan menyampaikan atau menceritakan kembali hasil simakannya. Namun, perlu diingat selama menyimak jangan hanya asyik mencatat sehingga pesan pembicara tidak lagi dapat dipahami.
m. Menilai
Bagian terakhir dari proses menyimak adalah proses penilaian terhadap materi yang disampaikan. Pada saat menilai tersebut, penyimak mulai menimbang, memeriksa dan membandingkan apakah pokok-pokok pikiran yang dikemukakan oleh si pembicara dikaitkan atau dihubungkan dengan pengalaman atau pengetahuan si penyimak, sehingga si penyimak dapat menilai kekuatan dari bahan simakan tersebut.

n. Mengadakan tanggapan
Sebagai tindak lanjut dari kegiatan mengevaluasi bahan simakan, penyimak mengemukakan tanggapan atau reaksi, misalnya: dengan mengemukakan komentar. Reaksi akan terlihat dalam bentuk ucapan pendek seperti; wah menarik sekali, sependapat dan sebagainya. Atau reaksi tersebut dapat juga berupa anggukan dan senyuman yang menandakan si penyimak setuju  atau puas terhadap isi pembicaraan.
                                   (Djago Tarigan: 1986: 413)

G. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi dalam Menyimak
        Dalam keberhasilan menyimak ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya. Hunt; 1981: 19-20 dalam HG Tarigan mengemukakan.
a. Sikap
b. Motivasi
c. Pribadi
d. Situasi kehidupan
e. Peranan dalam masyarakat.
        Sedangkan HG Tarigan; 1986: 99-107, mengatakan bahwa faktor yang dapat mempengaruhi dalam menyimak adalah sebagai berikut.
a. Faktor Fisik
    Pada waktu menyimak faktor fisik adalah faktor penting yang turut menentukan kefektifan dalam  menyimak. Di sekolah guru hendaklah dengan cermat dan teliti menyiapkan suasana kelas  belajar  yang tidak mudah mendatangkan gangguan  bagi kegiatan menyimak. Apabila siswa ada yang bermasalah dengan telinga atau pendengaran maka siswa tersebut duduknya harus di depan agar simakan jelas.


b. Faktor Psikologis
        Di samping faktor fisik yang telah dikemukakan di atas ada hal yang sangat sulit diatasi yaitu faktor psikologis. Faktor tersebut mencakup masalah antara lain:
    1) Berprasangka dan kurangnya simpati terhadap pembicara.
    2) Egois terhadap masalah pribadi.
    3) Berpandangan sempit terhadap isi pembicaraan.
     4) Kebosanan dan kejenuhan yang menyebabkan tidak adanya perhatian terhadap pokok pembicaraan.
    5) Sikap yang tidak senang terhadap pembicara.
c. Faktor Pengalaman
    Pengalaman adalah faktor yang sangat penting dalam menyimak. Apabila seseorang berpengalaman dalam menyimak maka bahan simakan akan dikaitkan dengan pengalaman yang telah dimiliki. Selain itu kosakata yang dimiliki si penyimak sangatlah banyak dan dalam menyampaikan kembali sangatlah lancar.
d. Faktor Sikap
    Pada dasarnya manusia hidup mempunyai dua sikap utama yaitu sikap menerima dan menolak. Orang akan bersikap menerima pada hal-hal yang menarik dan menguntungkan baginya, tetapi ia akan bersikap menolak pada hal-hal yang tidak menarik dan tidak menguntungkan baginya. Kedua hal ini memberi dampak pada penyimak yaitu dampak positif dan negatif.
e. Faktor Motivasi
    Motivasi merupakan salah satu butir penentu keberhasilan seseorang. Kalau motivasi kuat untuk mengerjakan sesuatu maka dapat diharapkan orang itu akan berhasil mencapai tujuan. Begitu pula halnya dengan menyimak.Dalam kegiatan menyimak kita melibatkan sistem penilaian kita sendiri. Kalau kita memperoleh sesuatu yang berharga dari pembicaraan maka kita akan bersemangat menyimaknya.
f. Faktor Jenis Kelamin
    Gaya menyimak pria pada umumnya bersifat objektif, aktif, keras hati, analitik, rasional, keras kepala atau tidak mau mundur, mudah dipengaruhi, mudah mengalah dan emosional. Sedangkan gaya menyimak wanita pada umumnya bersifat pasif, lembut, tidak mudah dipengaruhi , mengalah, dan tidak emosi.
g. Faktor Lingkungan
    Dalam faktor lingkungan dapat dibagi  dua yaitu (1) lingkungan fisik. Lingkungan fisik yang penting adalah ruangan kelas yaitu sarana pendukung diantaranya akustik. Guru  harus mengarahkan dengan jelas dan juga membangkitkan motivasi siswa agar mereka dapat menyimak dengan baik. (2) Lingkungan sosial; dalam menyimak sebaiknya  wacana yang dibacakan mendorong siswa untuk mengalami, mengekspresikan serta mengevaluasi ide-ide yang disimak.
h. Faktor Peranan dalam Masyarakat
    Menyimak tidak terlepas dari masyarakat dan lingkungannya. Informasi yang didapat bisa  melalui radio, TV, nara sumber, dan masyarakat sekitarnya.
        Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa  faktor yang mempengaruhi menyimak sangatlah banyak mulai dari diri sendiri sampai pada masyarakat luas. Yang penting sebagai penyimak yang baik  kita harus menghindari faktor-faktor yang menyebabkan kita gagal dalam menyimak.

H. Cara Meningkatkan Daya Simak
        Menurut HG Tarigan, 1986: 147-152, untuk meningkatkan daya simak, ada beberapa cara yang dapat dilakukan.
a. Menyimak konversasif   
       Untuk perbaikan serta kemajuan dalam menyimak konversasif maka dapat dilakukan langkah-langkah berikut ini.
1) Menyiapkan siswa dengan baik agar perhatian terfokus pada apa yang disampaikan.
     2) Menyampaikan cara menyimak yang baik.
3) Membuat rekaman dan menerapkan cara-cara menjadi penyimak yang baik.
4) Mengevaluasi percakapan yang disimak.
5) Memotivasi siswa untuk menilai dirinya sendiri.
6) Memberi kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk saling menilai.
b. Menyimak Apresiatif
Dalam upaya  mencoba meningkatkan serta mengembangkan kemampuan siswa dalam menyimak, maka berikut ini ada beberapa langkah yang dapat dilakukan.
1) Membuat rekaman cerita dan puisi yang digemari oleh siswa, kemudian siswa  mendiskusikan cerita atau puisi tersebut dalam kelompok.
2) Menceritakan tentang pemandangan yang disenangi oleh siswa.
3)  Siswa secara bergiliran menceritakan kembali apa yang telah dibacanya.
4) Menceritakan kembali apa yang disimak dari radio atau TV.
5) Memilih salah satu topik yang menarik untuk disimak kemudian memberikan penjelasan mengapa topik itu dipilih untuk disimak.
6) Membuat lembar penilaian  untuk penilaian penyimakan dari radio atau TV.
7) Membentuk panitia untuk memberikan pengumuman pada suatu lomba menyimak.
    c. Menyimak Eksplorasif
        Untuk meningkatkan menyimak eksplorasif ini maka ada beberapa hal yang dapat dilakukan.
         1) Untuk memperluas dan memahami makna kata, sebelum menyimak para siswa dapat membaca kata-kata tertentu yang telah dituliskan di papan tulis. Mereka akan memahami makna dengan memperhatikan konteks pemakaian kata-kata tersebut dalam bahan simakan.
          2) Setelah menyimak suatu petunjuk yang dibacakan satu kali, siswa disuruh melakukannya, misalnya; eksperimen sesuai dengan bahan simakan.
        3) Setelah menyimak suatu petunjuk, maka siswa disuruh menuliskannya sesuai dengan apa yang disimak.
        4) Siswa menyimak informasi baru  mengenai suatu topik.
    Cara yang baik membantu siswa dalam menyimak informasi
adalah mereka menyimak dengan menyiapkan pertanyaan atau masalah
yang telah dimiliki. Untuk mengetahuinya guru dapat mengajukan berbagai pertanyaan.
    d. Menyimak Konsentratif
Dalam menyimak konsentratif ini ada beberapa cara yang dapat ditempuh.
1) Permainan sederhana dengan melibatkan siswa dengan cara mengulangi apa yang telah dikatakan dalam pernyataan-pernyataan kumulatif siswa sebelumnya.
    Contoh:
    Ani    : “Saya membeli jeruk.”
    Ana    : “Saya membeli jeruk dan pisang.”
    Ina    : “Saya membeli jeruk, pisang, dan mangga.”
    Ida    : “Saya membeli jeruk, pisang, mangga, dan durian.”
    Permainan ini berlangsung terus selama daftar komulatif lengkap dan dalam susunan yang benar.
2) Mempantomimkan suatu cerita (tiga atau empat adegan) yang sebelumnya telah disampaikan secara lisan.
3) Menceritakan kembali sesuai dengan hasil simakan.
4) Membuat gambar-gambar sesuai dengan cerita yang disimak.
Hal lain yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyimak adalah menganalisis  rekaman singkat atau pidato yang dibacakan oleh guru. Adapun yang dapat mereka simak adalah:
(a)    Memperhatikan pendahuluan atau kalimat pembuka.
(b)    Menyimak hal-hal penting yang terdapat dalam pidato.
(c)    Mendiskusikan hal-hal penting yang telah disimak.
(d)    Memperhatikan kesimpulan.

I.    Kendala-kendala Menyimak
Menyimak memang bukan pekerjaan yang mudah.  Menurut para ahli, menyimak membutuhkan tenaga 2 kali lipat lebih banyak bila dibandingkan dengan tenaga yang dibutuhkan oleh seseorang untuk berbicara.   Seorang pembicara hanya membutuhkan sekian kalori untuk mengeluarkan ucapan atau pikiran-pikirannya, sedangkan seorang penyimak membutuhkan tenaga untuk melawan gangguan yang begitu banyak datang saat dia menyimak ucapan pembicara.   Detak jantung penyimak lebih cepat berdenyut saat menyimak.  Aliran darahnya lebih lebih cepat bergerak.  Di samping itu, penyimak membutuhkan tenaga untuk memikirkan ucapan pembicara tadi dan sekaligus berusaha bagaimana caranya memberikan respon terhadap ucapan tersebut.  Motivasi untuk tidak merespon juga merupakan suatu bentuk respon yang sulit untuk diambil.
Untuk lebih jelas, mari kita buktikan dalam kegiatan kita sehari-hari.  Anda pernah menghadiri sebuah seminar?  Dalam sebuah seminar kita akan mendapatkan  suatu aktivitas berbicara interaktif antara pemrasaran dengan para peserta seminar.  Peserta seminar yang dalam hal ini berperan sebagai pendengar berusaha menyimak dengan baik informasi yang disampaikan oleh pembicara atau pemrasaran.  Indikator ‘baik’ dalam hal ini ialah peserta yang aktif dengan perhatian penuh untuk mengikuti seminar tersebut.  
Ketika pembicara menyampaikan makalahnya atau menjawab pertanyaan peserta, tampak oleh kita,  bagaimana raut wajah pembicara tersebut, tenang, kalem, dingin, kadang tersenyum, bahkan sempat tertawa.  Apalagi kalau masalah yang disampaikannya merupakan bidang keahliannya. 
Sekarang mari kita lihat bagaimana reaksi/respon yang terlihat di wajah pendengar/peserta, khususnya peserta yang aktif.  Pada kesempatan itu, kita lihat bagaimana wajah pendengar tersebut, misalnya  dahinya berkerut, kadang berkeringat, kadang terlihat menggaruk kepala yang tak gatal, mengangguk-angguk,  tersenyum kecut, dan lain sebagainya.  Apakah sebenarnya yang sedang mereka pikirkan?  Para pendengar aktif tersebut sebenarnya sedang berpikir keras bagaimana caranya agar dalam pertemuan itu dia juga mendapat tempat terhormat di mata pendengar lainnya. 
Untuk itu, dia berusaha menunjukkan keberadaannya yaitu dengan cara, misalnya, mengangkat jarinya tinggi-tinggi agar moderator memberi kesempatan kepadanya untuk turut berbicara.  Ketika dia memutuskan untuk bertanya atau berbicara, hal itu merupakan suatu perwujudan dari hasil kerja keras pikirannya, sementara dia juga tetap terus melakukan aktivitas menyimak pembicaraan yang sedang berlangsung.
Pada kesempatan tersebut,  menurut Anda,  hal-hal apa sajakah yang sedang mereka pikirkan?  Anda tentu bisa memperkirakan bahwa yang mereka pikirkan di antaranya tentang apa yang akan ditanyakan?  Kapan  sebaiknya bertanya?  Bagaimana cara membalas ucapan pembicara tadi? Bagaimana teknik yang terbaik untuk memulai pembicaraan agar perhatian pendengar fokus pada dirinya?  Atau  siapa saja yang perlu dilibatkan dalam pembicaraan itu? Apakah  kelompok tertentu? Apakah  seluruh hadirin/pendengar?  Apakah kita  perlu memberikan pujian, kritikan,  tanggapan, atau hanya sekedar bertanya?  Bagaimana menyusun pertanyaan agar tidak terkesan menjadi sebuah pertanyaan yang hanya memperlihatkan kebodohan kita sendiri?  Semuanya itu menunjukkan betapa besar energi yang dikeluarkan pendengar saat mengikuti seminar tersebut. 
Di samping hal-hal di atas, para penyimak yang baik memerlukan juga energi untuk memikirkan hal-hal yang terkait dengan substansi materi yang dibicarakan.  Kita ambil contoh yang lazim dilakukan penyimak, misalnya, mengapa pembicara berkata begitu?  Apakah   alasan yang digunakannya relevan dengan kajian yang sedang dibahasnya?  Mengapa data dan fakta tersebut yang digunakannya?  Mengapa  hanya itu kajian teori yang dipaparkan pembicara?  Pertanyaan-pertanyaan tersebut hanyalah contoh kecil yang memperlihatkan tingkat kekritisan penyimak.    
Dilihat sepintas lagu, kegiatan tersebut tampak alamiah terjadi.  Pembicara dan pendengar terlihat hanya sedang berdialog atau berwawankata.  Kita tidak pernah membayangkan betapa beratnya hal itu dikerjakan oleh penyimak.  Dalam hal ini, kita dapat menunjukkan bahwa untuk menjadi penyimak yang baik banyak hambatan yang dirasakan.  Selain hambatan yang datang dari diri penyimak itu sendiri, juga hal-hal yang datang dan berada di luar diri penyimak tersebut.  Dalam sebuah peristiwa berbahasa yang di dalamnya ada pembicara dan penyimak, sedikit sekali kita temukan pembicara yang baik dan pendengar yang baik.  Untuk dapat menjadi pembicara atau penyimak yang baik masing-masing pihak mempunyai kendalanya sendiri.  Dalam kesempatan ini,  kendala-kendala yang akan dibahas hanya yang dialami oleh penyimak.
Kendala dalam menyimak dapat berasal dari (a) faktor internal  dan (b) faktor eksternal dari diri penyimak tersebut.  Yang membuat kendala ini menjadi permasalahan karena  hal-hal tersebut akan mengakibatkan hancurnya perhatian atau konsentrasi penyimak dalam mendengarkan sumber simakan.  Yang dimaksud dengan faktor internal yaitu segala gangguan yang datang dari diri penyimak sendiri,  seperti:
(1)    Faktor fisik penyimak yang tidak siap untuk menyimak, misalnya: lelah, mengantuk, sakit, tidak enak badan, sedang mabuk,  dan lain sebagainya.
(2)    Faktor mental atau kejiwaan penyimak yang juga tidak kondusif untuk menyimak, misalnya: sedang banyak pikiran/masalah, baik masalah di  rumah, di kantor, di sekolah, di masyarakat, atau di mana saja dan dengan siapa saja.  Hal ini akan membuat sang penyimak ini larut dengan pikiran-pikirannya tersebut, sehingga dia tidak dapat mengkonsentrasikan pikirannya kepada sumber simakan yang sedang dihadapinya.  Orang-orang seperti ini sering terlihat dalam kondisi  melamun atau seolah-olah seperti orang menyimak.  Dengan .kata lain, mereka ini hanya berpura-pura menyimak padahal mereka sedang tidak menyimak.   
Faktor eksternal yaitu segala bentuk gangguan yang muncul dari luar penyimak, di antaranya: 
(1)    Faktor inhibisi,  segala bentuk gangguan yang berupa suara, cahaya,  cuaca,  udara, dan sejenisnya yang diterima tubuh atau indera manusia dalam takaran yang tidak normal.  Contohnya yaitu, suara bising,  cahaya lampu yang terlalu gelap atau terang menyilaukan mata, cuaca panas atau dingin, udara di dalam ruangan tanpa AC atau dengan AC yang tak biasa dirasakan penyimak.  Semuanya itu dapat menjadi kendala untuk berkonsentrasi terhadap sumber simakan.
(2)    Faktor pembicara dapat juga menjadi salah satu kendala bagi penyimak dalam menyerap informasi. 
    (a) penampilan pembicara yang terlalu berlebihan, misalnya cara berpakaian yang tidak sesuai dengan tempat dan acara yang diikuti, pemakaian berbagai atribut atau asesoris yang tak biasa, perhiasan yang terlalu mencolok mata, perpaduan warna yang tidak  ‘matching’ pada busana yang dikenakan. 
    (b) cara dan gaya bicara seorang pembicara dapat pula menjadi kendala bagi penyimak dalam menyimak pesan yang disampaikannya.   Untuk ini dapat kita contohkan, misalnya pembicara yang gerak-geriknya monoton, tidak variatif, seperti selalu menggerak-gerakkan tangan kanan, menggaruk-garuk atau memegang-megang atau menyentuh-nyentuh satu tempat tertentu pada bagian tubuh (pinggang, belakang kepala,  hidung, dagu,  kerah baju, telinga, dan lain-lain),
     (c) cara berdiri yang tidak lazim seperti berdiri di atas satu kaki,  menyilangkan tangan di dada, meletakkan kedua tangan di belakang  atau di bagian depan bawah pusar, bertolak pinggang, menyenderkan punggung pada podium,  berdiri sampil memegang tepi meja, memegang mik dengan kedua telapak tangan,  
(d) pandangan matanya, pembicara kadang  membuat penyimak menjadi tidak konsentrasi.  Anda tentu pernah merasakan bagaimana rasanya jika kita mendengarkan pembicara yang pandangan matanya tidak tertuju kepada kita?  Pandangan mata pembicara tersebut kadang kala hanya menatap ke satu arah, misalnya, hanya ke pojok kiri pendengar, ke atas  atau lebih banyak menundukkan kepala.  Bisa juga  pandangan mata pembicara tersebut terlihat seperti orang yang ragu-ragu, tidak percaya diri, takut, nerveus, dan sejenisnya.
(e) Suara atau vokal pembicara kadang juga menjadi kendala bagi penyimak.  Suara pembicara yang terlalu lembut akan membuat penyimak menjadi mengantuk.  Tetapi suara pembicara yang terlalu keras akan membuat pendengar menjadi tidak jelas mendengar atau hanya akan mengganggu telinga penyimak.

Perhatikan pula pendapat berikut ini:
(a) Montgomery (1983:6) mengatakan kebiasaan-kebiasaan jelek dan sering kali menjadi kendala bagi penyimak.  Hal ini terjadi ketika aktivitas menyimak itu sedang berlangsung.  Kendala tersebut  antara lain berupa:
(1)    hanya menyimak untuk mendapatkan fakta; para penyimak tersebut melakukan aktivitas menyimak hanya untuk keperluan mendapatkan fakta.  Hal-hal lain yang dibicarakan pembicara tidak menjadi perhatian penyimak.
(2)    melamun; penyimak lebih memikirkan hal lain.
(3)    tidak menyukai pembicara;  penyimak  apriori dengan sikap, gaya, cara, penampilan, sifat/watak, status sosial pembicara.
(4)    membuat rencana-rencana pribadi;  penyimak lebih senang memikirkan sesuatu terkait dengan dirinya sendiri.
(5)    tanggapan yang terlalu emosional; penyimak terlalu sensitif dengan materi pembicaraan.  Dalam merespon,  penyimak menjadi terlalu depensif  
(6)    berpikir berputar-putar; penyimak terpancing untuk memikirkan banyak hal dan hal tersebut kurang terkait dengan materi simakan.
(7)    mendebat;  penyimak terdorong untuk melakukan pembelaan diri dan selalu berusaha mempertahankan pendapat sendiri.
(8)    tidak mau menyimak terlalu cepat; penyimak agak lambat dalam cara berpikir atau berusaha menghindari materi menyimak yang disampaikan terlalu cepat;
(9)    menghindari materi simakan yang rumit atau teknis;  penyimak lebih menyukai materi simakan yang pragmatis, sederhana, ringan dan lucu.
(b) Hunsaker (1992: 23-24) menyebutkan terdapat 9 butir yang mungkin menjadi kendala untuk menyimak sesuatu dengan baik.  Berikut ini akan dijelaskan dengan kalimat penulis sendiri.  Hal tersebut, yaitu:
(1)    Penyimak tidak memiliki motivasi dan sikap yang baik untuk menyimak.
(2)    Penyimak tidak terampil memusatkan konsentrasi atau perhatian penuh untuk jangka waktu yang lama.  Padahal konsentrasi merupakan penentu utama keberhasilan suatu penyimakan.
(3)    Penyimak kurang pengalaman atau pengetahuan tentang topik-topik tertentu, sehingga sulit untuk memahami suatu pembicaraan tentang topik tertentu tersebut.
(4)    Penyimak menganggap kegiatan menyimak itu suatu aktivitas yang pasif, sehingga mereka selalu berusaha hanya ingin berbicara.  Dalam hal ini, mereka menilai aktivitas berbicara dipandang lebih bersifat aktif dan tentu saja lebih terhormat. 
(5)    Tempat untuk menyimak tergolong jelek.  Penyimak tidak dapat menyimak dengan efektif karena situasi tempatnya ramai, ribut, tidak nyaman, tempat duduknya tidak enak/keras, udara pengap, di sekitarnya terdapat bau yang tidak sedap, jarak dengan sumber simakan terlalu jauh, tempat penuh dengan asesoris yang menarik perhatian. 
(6)    Prasangka juga akan menjadi kendala dalam prose menyimak.  Penyimak cenderung sulit menyimak orang-orang yang tidak disukainya atau yang tidak sejalan dengan pendapatnya.  Penyimak juga cenderung apriori dengan orang-orang yang secara sosial/politik dianggap bermasalah, misalnya,  para mantan narapidana, mantan tahanan politik, pelacur atau mantan pelacur,
(7)    Pada waktu menyimak kita kelebihan waktu 3 kali lipat dari waktu yang dibutuhkan.  Kelebihan  waktu itu yang menggoda orang untuk melakukan kegiatan melamun atau memikirkan hal-hal  lain yang datang secara tiba-tiba dalam pikiran kita/penyimak.
(8)    Cara orang berbicara mempengaruhi kita dalam menyimak.   Ada pembicarayang cepat atau ada juga yang lambat.  Ada  penyimak yang suka dengan pembicara yang lambat tapi ada juga penyimak yang suka pembicara yang cepat.
(9)    Kurang terampil menyimak merupakan hambatan yang berarti untuk melakukan  kegiatan menyimak yang efektif.   
(c)    Cristian Stuart  (1992: 3). mengemukakan 8 hal yang menjadi kendala mengapa orang begitu sulit untuk menyimak sesuatu secara efektif.  Kedelapan hal tersebut,  yaitu:
(1)    mereka sudah mengetahui lebih dahulu  apa yang akan dikatakan oleh pembicara, sehingga mereka mengalihkan perhatian mereka kepada hal lain.
(2)    Mereka sedang merencanakan apa yang harus mereka katakan sewaktu giliran mereka tiba.
(3)    Mereka mungkin lelah atau cemas, mungkin terlampau sulit untuk berkonsentrasi.
(4)    Mereka tidak mendengar atau merasa jemu dengan suara pembicara yang bernada datar.
(5)    Pokok pembicaraan yang diketengahkan terlalu rumit dan sukar untuk diikuti.
(6)    Pokok  pembicaraannya terlalu sederhana dan mendasar.
(7)    Pembicara kurang memiliki keyakinan yang teguh.
(8)    Kursinya keras atau kurang nyaman, udaranya terlalu panas atau  terlalu dingin, dan bisingnya lalu lintas yang sangat terasa mengganggu.
(d)    Chaniago (1997: 59) dalam penelitiannya pada SMA se-Jakarta menemukan berbagai kenyataan yang menjadi kendala mengapa siswa SMA tersebut tidak mampu menyimak dengan baik, terutama menyimak materi yang diajarkan oleh guru-guru mereka di kelas.  Kendala-kendala tersebut berupa:
(1)    Sering kali diajak ngobrol oleh teman
(2)    Siswa lain terlalu ribut
(3)    Topik/pelajaran kurang menarik
(4)    Cara berbicara guru kurang menarik
(5)    Siswa kurang sehat
(6)    Suara guru monoton
(7)    Udara sekitar sangat panas
(8)    Ada masalah dengan keluarga
(9)    Ada masalah dengan pacar
(10)    Siswa lelah
(11)    Siswa mengantuk
(12)    Teman dan suasana tidak mendukung
(13)    Guru tidak terampil
DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, Sabarti. Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran Membaca di SD. P3GB. Depdikbud, 1993. (Naskah)
Arif,  Zainudin. Androgogi. Jakarta: Angkasa, 1986.
Arsjad, Maidar G. Macam dan Proses Pengajaran Menyimak. Modul II. Program Penyetaraan D-II Guru SD P3GB, Jakarta, 1990.
Campbell, Don.  Efek Mozart: Memanfaatkan Kekuatan Musik untuk Mempertajam Pikiran, Meningkatkan Kreativitas, dan Menyehatkan Tubuh. (Diterjemahkan oleh T.Hermaya)  Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001.
Chaer,  Abdul,  Pengantar Semantik. Jakarta : Rineka Cipta, 1993.
Chaniago, Sam Mukhtar. “Analisis Kemampuan Menyimak Siswa SLTP se-Jakarta Timur.”   (Hasil Penelitian). Lembaga Penelitian, Universitas Negeri Jakarta, Desember 2002.
__________. “Pembelajaran Keterampilan Menyimak di SMK.”  Makalah Penataran Guru-Guru SMK se-DKI Jakarta, di SMKN 27 Jakarta, Rabu, 2 Oktober 2002.
__________. Strategi Pembelajaran yang Efektif dalam Proses Belajar-Mengajar Keterampilan Berbahasa Bahasa Indonesia. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FBS IKIP Jakarta, 1989.
__________.”Analisis Kemampuan Menyimak Siswa Sekolah Menengah Umum (SMU) Se-DKI Jakarta” (Hasil Penelitian) Lembaga Penelitian  IKIP Jakarta, 1997.
___________. Peningkatan Keterampilan Menyimak Mahasiswa Jurusan Bahasa Indonesia FPBS IKIP Jakarta: Kajian Fungsi dan Peran Maksimal Lab. Bahasa. (Hasil Penelitian Kajian Teoritis),  Lembaga Penelitian IKIP Jakarta, 1991.
Kencono, Djoko. "Pelajaran Menyimak di Sekolah Menengah.” Majalah Pengajaran Bahasa dan Sastra. Th. I. No. 2, 1975.
Littlewood, William. Communicative Langauge Teaching An Introduction. Cambridge: Cambridge University Press, 1983.
Montgomery, Robert L. Pandai Mendengar Kunci Sukses (Diterjemahkan oleh Remianto Putra).  Jakarta: Prasetya Pustaka, 1990.
¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬___________. Teknik Mendengarkan  yang Efektif dalam Komunikasi.  (Diterjemahkan oleh Ny.Rochmulyati H.) Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo, 1993.
Nichols, Michael P.  The Lost Art of Listening.  (Diterjemahkan oleh Th. Huber).  Jakarta:  Gramedia Pustaka Utama, 1997.
Safari.  “Evaluasi Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Berdasarkan
Tarigan, Djago.  Pendidikan Bahasa Indonesia I, Modul 1 – 6. Ditjen Dikti, Depdikbud, Jakarta, 1990.
__________.  Keterampilan Menyimak. Modul 1-6. Jakarta: Karunika,  1986.
Tarigan, Henry Guntur.  Menyimak sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa.  Bandung:  Angkasa, 2008.
Yumartati, A.  “Beberapa Teknik Pengajaran Menyimak”  Majalah Pembinaan Bahasa Indonesia.  Jakarta: Bratara, Th. 9 No. 3,  September 1988, hlm.  141 – 150. 

No comments:

Post a Comment